dari video yang anda jelaskan mengatakan bahwa indikator yang digunakan adalah indikator pp atau indikator fenolftalein. nah kemudian saya membaca buku yang berjudul "BUKU AJAR KIMIA ANALISIS" didalam buku tersebut mengatakan bahwa Indikator asam basa yang sering digunakan untuk percobaan yaitu indikator Methyl Orange, Phenolphtalein dan Bromtimol Biru. lalu saya membaca lagi salah satu junal yang berjudul "PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAMI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK" dalam jurnal tersebut juga mengatakan bahwa dalam titrasi asam lemah-basa kuat (titik ekuivalen>7), Indikator sintetis yang digunakan sebagai pembanding adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,00-10,00 dengan perubahan warna tak berwarna-merah muda. kemudian pada buku yang berjudul " Kimia Farmasi Analisis" mengatakan Pada titrasi asidi alkalimetri, titik akhir dari titrasi yaitu titik pada saat pH reaktan sekitar 7, apabila menggunakan indikator fenolphtalein maka akan terjadi pergantian warna menjadi merah muda, namun indikator yang tepat untuk titrasi asidi alkalimetri ialah bromtimol biru. nah pertanyaan saya adalah jika penggunaan indikator pp diganti dengan indikator bromtimol biru bagaimana bentuk reaksi perubahan struktur senyawa bromtimol biru tersebut dapat berubah warna menjadi biru dalam reaksi titrasi acidi alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat?
Berdasarkan hasil terjemahan yang saya baca Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2017). Fundamentals of Analytical Chemistry. Cengage Learning. dan jurnal yang saya bahas disimpulkan bahwa Indikator bromtimol biru adalah salah satu indikator yang digunakan dalam reaksi titrasi asidi-alkalimetri untuk penetapan kadar asam salisilat. Ketika indikator bromtimol biru ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat, warna larutan akan berubah menjadi kuning hijau (warna awal bromtimol biru). Namun, saat penambahan larutan basa penggugus hidroksida secara bertahap, warna larutan bromtimol biru berubah menjadi biru.
Perubahan warna ini terjadi karena adanya perubahan struktur molekul bromtimol biru dalam kondisi asam dan basa. Pada kondisi asam, bromtimol biru berada dalam bentuk protonasi (H+), yang memiliki struktur molekul yang berbeda dan memberikan warna kuning hijau pada larutan. Ketika penambahan basa secara bertahap dilakukan, protonasi pada bromtimol biru akan mengalami deprotonasi, atau kehilangan proton (H+), sehingga molekul bromtimol biru kembali ke bentuk asam nonprotonasi yang memberikan warna biru pada larutan.
Dalam reaksi titrasi asidi-alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat, larutan asam salisilat dititrasi dengan larutan basa yang memiliki konsentrasi diketahui, seperti larutan natrium hidroksida (NaOH). Pada titrasi tersebut, ketika jumlah basa yang ditambahkan cukup untuk mengubah seluruh asam salisilat menjadi garamnya (misalnya, natrium salisilat), kelebihan basa yang ditambahkan kemudian bereaksi dengan indikator bromtimol biru, menyebabkan perubahan warna menjadi biru.
Dengan demikian, perubahan struktur senyawa bromtimol biru dari bentuk protonasi menjadi bentuk asam nonprotonasi merupakan alasan utama mengapa larutan indikator tersebut berubah warna menjadi biru dalam reaksi titrasi acidi-alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat.
Pada Jurnal yang saya baca dengan jurnal "ANALISA ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT DALAM OBAT PANU SEDIAAN CAIR" pada penetapan kadar asam benzoat hanya ditambahkan air suling ditambah indikator pp kemudian dititrasi dengan NaOH dan tidak menggunakan etanol 95% seperti asam salisilat, mengapa tidak diperlukannya menggunakan etanol 95%? apakah karena perbedaan dari struktur kimianya?
Menurut hasil pemahaman saya setelah membaca jurnal yang saya bahas dan Sumber Pubchem yang menunjukkan sifat Fisikokimia dan gugus struktur senyawa asam salisilat dan benzoat ternyata berbeda.
Salah satu alasan utama mengapa etanol 95% tidak digunakan dalam penetapan kadar asam benzoat adalah karena etanol dapat bereaksi dengan asam benzoat. Reaksi ini dapat menghasilkan senyawa ester yang disebut etil benzoat, yang akan mempengaruhi hasil analisis dan menghasilkan kesalahan dalam penentuan kadar asam benzoat.
Struktur kimia asam benzoat dan asam salisilat berbeda. Asam benzoat memiliki gugus karboksilat (-COOH) yang terikat pada cincin benzena, sedangkan asam salisilat memiliki gugus hidroksil (-OH) dan gugus karboksilat yang terikat pada cincin benzena. Perbedaan ini dapat mempengaruhi sifat kimia kedua senyawa tersebut, termasuk reaktivitas terhadap etanol.
Dalam penetapan kadar asam benzoat, penggunaan air suling dan indikator fenolftalein (PP) untuk titrasi dengan NaOH adalah metode yang umum digunakan. Metode ini memungkinkan penentuan kadar asam benzoat berdasarkan perubahan warna indikator saat titrasi dengan basa kuat seperti NaOH. Metode ini efektif dan dapat memberikan hasil yang akurat tanpa melibatkan etanol 95%.
dari video yang anda jelaskan mengatakan bahwa indikator yang digunakan adalah indikator pp atau indikator fenolftalein. nah kemudian saya membaca buku yang berjudul "BUKU AJAR KIMIA ANALISIS" didalam buku tersebut mengatakan bahwa Indikator asam basa yang sering digunakan untuk percobaan yaitu indikator Methyl Orange, Phenolphtalein dan Bromtimol Biru. lalu saya membaca lagi salah satu junal yang berjudul "PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAMI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK" dalam jurnal tersebut juga mengatakan bahwa dalam titrasi asam lemah-basa kuat (titik ekuivalen>7), Indikator sintetis yang digunakan sebagai pembanding adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,00-10,00 dengan perubahan warna tak berwarna-merah muda. kemudian pada buku yang berjudul " Kimia Farmasi Analisis" mengatakan Pada titrasi asidi alkalimetri, titik akhir dari titrasi yaitu titik pada saat pH reaktan sekitar 7, apabila menggunakan indikator fenolphtalein maka akan terjadi pergantian warna menjadi merah muda, namun indikator yang tepat untuk titrasi asidi alkalimetri ialah bromtimol biru. nah pertanyaan saya adalah jika penggunaan indikator pp diganti dengan indikator bromtimol biru bagaimana bentuk reaksi perubahan struktur senyawa bromtimol biru tersebut dapat berubah warna menjadi biru dalam reaksi titrasi acidi alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat?
BalasHapusBerdasarkan hasil terjemahan yang saya baca Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2017). Fundamentals of Analytical Chemistry. Cengage Learning. dan jurnal yang saya bahas disimpulkan bahwa
HapusIndikator bromtimol biru adalah salah satu indikator yang digunakan dalam reaksi titrasi asidi-alkalimetri untuk penetapan kadar asam salisilat. Ketika indikator bromtimol biru ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat, warna larutan akan berubah menjadi kuning hijau (warna awal bromtimol biru). Namun, saat penambahan larutan basa penggugus hidroksida secara bertahap, warna larutan bromtimol biru berubah menjadi biru.
Perubahan warna ini terjadi karena adanya perubahan struktur molekul bromtimol biru dalam kondisi asam dan basa. Pada kondisi asam, bromtimol biru berada dalam bentuk protonasi (H+), yang memiliki struktur molekul yang berbeda dan memberikan warna kuning hijau pada larutan. Ketika penambahan basa secara bertahap dilakukan, protonasi pada bromtimol biru akan mengalami deprotonasi, atau kehilangan proton (H+), sehingga molekul bromtimol biru kembali ke bentuk asam nonprotonasi yang memberikan warna biru pada larutan.
Dalam reaksi titrasi asidi-alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat, larutan asam salisilat dititrasi dengan larutan basa yang memiliki konsentrasi diketahui, seperti larutan natrium hidroksida (NaOH). Pada titrasi tersebut, ketika jumlah basa yang ditambahkan cukup untuk mengubah seluruh asam salisilat menjadi garamnya (misalnya, natrium salisilat), kelebihan basa yang ditambahkan kemudian bereaksi dengan indikator bromtimol biru, menyebabkan perubahan warna menjadi biru.
Dengan demikian, perubahan struktur senyawa bromtimol biru dari bentuk protonasi menjadi bentuk asam nonprotonasi merupakan alasan utama mengapa larutan indikator tersebut berubah warna menjadi biru dalam reaksi titrasi acidi-alkalimetri pada penetapan kadar asam salisilat.
Pada Jurnal yang saya baca dengan jurnal "ANALISA ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT
BalasHapusDALAM OBAT PANU SEDIAAN CAIR" pada penetapan kadar asam benzoat hanya ditambahkan air suling ditambah indikator pp kemudian dititrasi dengan NaOH dan tidak menggunakan etanol 95% seperti asam salisilat, mengapa tidak diperlukannya menggunakan etanol 95%? apakah karena perbedaan dari struktur kimianya?
HapusMenurut hasil pemahaman saya setelah membaca jurnal yang saya bahas dan Sumber Pubchem yang menunjukkan sifat Fisikokimia dan gugus struktur senyawa asam salisilat dan benzoat ternyata berbeda.
Salah satu alasan utama mengapa etanol 95% tidak digunakan dalam penetapan kadar asam benzoat adalah karena etanol dapat bereaksi dengan asam benzoat. Reaksi ini dapat menghasilkan senyawa ester yang disebut etil benzoat, yang akan mempengaruhi hasil analisis dan menghasilkan kesalahan dalam penentuan kadar asam benzoat.
Struktur kimia asam benzoat dan asam salisilat berbeda. Asam benzoat memiliki gugus karboksilat (-COOH) yang terikat pada cincin benzena, sedangkan asam salisilat memiliki gugus hidroksil (-OH) dan gugus karboksilat yang terikat pada cincin benzena. Perbedaan ini dapat mempengaruhi sifat kimia kedua senyawa tersebut, termasuk reaktivitas terhadap etanol.
Dalam penetapan kadar asam benzoat, penggunaan air suling dan indikator fenolftalein (PP) untuk titrasi dengan NaOH adalah metode yang umum digunakan. Metode ini memungkinkan penentuan kadar asam benzoat berdasarkan perubahan warna indikator saat titrasi dengan basa kuat seperti NaOH. Metode ini efektif dan dapat memberikan hasil yang akurat tanpa melibatkan etanol 95%.